APLIKASI
BIOKIMIA DALAM BIDANG PETERNAKAN
11.
Mikrobiologi
Dengan adanya mikrobiologi maka produk-produk peternakan dalam bidang teknologi hasil ternak dapat dikembangkan. Mikroba bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu atau kualitas hasil ternak tersebut sehingga nilai ekonomisnya juga akan meningkat. Selain meningkatkan mutu, Mikroba juga dapat memperpanjang masa simpan produk peternakan. Dalam pembelajaran mikrobiologi, kita dapat memanfaatkan pengetahuan yang ada untuk membuat berbagai jenis makanan sehat yang prosesnya menggunakan mikroba atau langsung memanfaatkan mikroba yang ada. Untuk mengembangkan produk-produk dari peternakan kita dapat menerapkan ilmu mikrobiologi dengan cara melakukan proses fermentasi dan pengawetan yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut. Sebagai contoh pembuatan yogurt dan keju. Dua jenis makanan ini merupakan makanan yang proses pembuatannya dibantu oleh mikroba. Takaran dan jenis mikroba yang digunakan akan mempengaruhi rasa yogurt dan keju yang dihasilkan dari proses fermentasi. Contoh lain adalah dalam pembuatan sosis. Sosis dibuat dari membungkus daging cincang bersama rempah-rempah dan garam kemudian disimpan pada suhu 8° C selama 40 hari atau lebih, yang selama itu terjadi fermentasi asam laktat (Volk & Wheeler,1989). Mikroorganisme lain yang berperan adalah Pediococcus cerevisiae dan Micrococcus spp (Michael J dan ECS Chan, 2005).
Dengan adanya mikrobiologi maka produk-produk peternakan dalam bidang teknologi hasil ternak dapat dikembangkan. Mikroba bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu atau kualitas hasil ternak tersebut sehingga nilai ekonomisnya juga akan meningkat. Selain meningkatkan mutu, Mikroba juga dapat memperpanjang masa simpan produk peternakan. Dalam pembelajaran mikrobiologi, kita dapat memanfaatkan pengetahuan yang ada untuk membuat berbagai jenis makanan sehat yang prosesnya menggunakan mikroba atau langsung memanfaatkan mikroba yang ada. Untuk mengembangkan produk-produk dari peternakan kita dapat menerapkan ilmu mikrobiologi dengan cara melakukan proses fermentasi dan pengawetan yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut. Sebagai contoh pembuatan yogurt dan keju. Dua jenis makanan ini merupakan makanan yang proses pembuatannya dibantu oleh mikroba. Takaran dan jenis mikroba yang digunakan akan mempengaruhi rasa yogurt dan keju yang dihasilkan dari proses fermentasi. Contoh lain adalah dalam pembuatan sosis. Sosis dibuat dari membungkus daging cincang bersama rempah-rempah dan garam kemudian disimpan pada suhu 8° C selama 40 hari atau lebih, yang selama itu terjadi fermentasi asam laktat (Volk & Wheeler,1989). Mikroorganisme lain yang berperan adalah Pediococcus cerevisiae dan Micrococcus spp (Michael J dan ECS Chan, 2005).
22.
Embriologi
TE (transfer embrio) merupakan teknologi yang memungkinkan induk betina
unggul memproduksi anak dalam jumlah banyak tanpa harus bunting dan melahirkan.
TE dapat mengoptimalkan bukan hanya potensi dari jantan saja tetapi potensi
betina berkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada proses
reproduksi alamiah, kemampuan betina untuk bunting hanya sekali dalam 1 tahun
(9 bulan bunting ditambah persiapan untuk bunting berikutnya) dan hanya mampu
menghasilkan 1 atau 2 anak bila terjadi kembar. Menggunakan teknologi TE,
betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio
yang untuk selanjutnya bisa ditransfer (dititipkan) pada induk titipan (resipien)
dengan kualitas genetik rata-rata etapi mempunyai kemampuan untuk bunting.
Proses dan
Tata Cara Transfer Embrio
Prinsip dasar dari transfer
embrio meliputi beberapa treatmen/perlakuan dengan menggunakani
teknik-teknik lainnya,yaitu superovulasi, oestrus synchronization(SinkronisasiBirahi), artificialinsemination (Inseminasi Buatan), embrio/eggs
recovery (Pengumpulan atau pemanenan embrio) dan embrio/eggs
transfer (Pemindahan embrio) (Sudarto, 1985). Sebelum dilakukan
transfer, dilakukan produksi embrio.
Menurut Udrayana(2011) produksi embrio terdiri dari 2 cara yaitu
produksi embrio in vivo dan produksi embrio in vitro.
a.
Produksi embrio in vivo dilakukan dengan cara mengambil
atau memanen embrio yang terdapat di dalam uterus (rahim) sapi
betina donor (penghasil embrio), kemudian dipindahkan pada sapi betina yang
lain (betina resipien) atau untuk disimpan dalam keadaan
beku (freeze embryo). Untuk memperbanyak embrio yang dipanen, maka
pada sapi-sapi betina donor biasanya dilakukan teknik superovulasi, yaitu
suatu perlakuan menggunakan hormon untuk memperoleh lebih banyak sel telur
(ovum) pada setiap periode tertentu. Sehingga dengan demikian, seekor betina
donor yang telah di-superovulasi dan kemudian dilakukan inseminasi (memasukkan
sel benih jantan pada uterus menggunakan alat tertentu), akan menghasilkan
banyak embrio untuk dipanen. Embrio-embrio tersebut kemudian dipanen (flushing) 2
hari setelah superovulasi dan inseminasi. Hasil panen kemudian
dilakukan evaluasi kualitas embrio (grading), setelah itu hasilnya
dapat disimpan beku atau ditransfer pada betina lain. oestrus
synchronization (sinkronisasi estrus) adalah usaha yang bertujuan
untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan
resipien. Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin F2a
(PGF2a ) atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a.
b.
Produksi embrio in vitro dilakukan dengan cara
melakukan fertilisasi antara sel benih jantan (spermatozoa) dengan
sel benih betina (ovum) dalam laboratorium, sehingga disebut
pembuahan di luar tubuh. Salah satu alat yang digunakan untuk proses ini adalah
cawan petri atau tabung khusus. Sel telur didapatkan dengan cara mengambil
sel-sel telur yang terdapat pada indung telur (ovarium) sapi-sapi
betina yang telah dipotong di rumah potong hewan. Setelah diperoleh
banyak sel telur, kemudian dilakukan pencucian dengan larutan khusus,
selanjutnya dilakukan pemilihan sel telur yang masih baik dan ditempatkan dalam
cawan petri. Pembuahan akan berlangsung jika pada cawan yang berisi sel-sel
telur tadi ditempatkan sel benih jantan (spermatozoa yang masih hidup).
33.
Genetik
Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika sehingga dihasilkan hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi transgenik pada hewan dilakukan dengan cara penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami pembuahan. Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti daging susu, dan telur. Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba transgenik. Jadi DNA domba ini disisipi dengan gen manusia yang disebut factor VIII ( merupakan protein pembeku darah). Berkat penyusupan gen tersebut, domba menghasilkan susu yang mengandung factor VIII yang dapat dimurnikan untuk menolong penderita hemophilia. Rekayasa genetika juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda spesies lain. Spesies lain yang dipinjam rahimnya ini disebut surrogate. Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai yang hampir punah di Australia. Teknik pelestarian dengan rekaya genetika berguna, dengan alasan yaitu induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka dan telur hewan langka yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan bertahun-tahun meskipun induknya sudah mati, jika telah ditemukan surrogate yang sesuai, telur tadi ditransplantasi.
Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika sehingga dihasilkan hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi transgenik pada hewan dilakukan dengan cara penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami pembuahan. Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti daging susu, dan telur. Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba transgenik. Jadi DNA domba ini disisipi dengan gen manusia yang disebut factor VIII ( merupakan protein pembeku darah). Berkat penyusupan gen tersebut, domba menghasilkan susu yang mengandung factor VIII yang dapat dimurnikan untuk menolong penderita hemophilia. Rekayasa genetika juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda spesies lain. Spesies lain yang dipinjam rahimnya ini disebut surrogate. Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai yang hampir punah di Australia. Teknik pelestarian dengan rekaya genetika berguna, dengan alasan yaitu induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka dan telur hewan langka yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan bertahun-tahun meskipun induknya sudah mati, jika telah ditemukan surrogate yang sesuai, telur tadi ditransplantasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar