Senin, 09 November 2015

Proses Pembentukan Telur dan Bulu

PROSES PEMBENTUKAN TELUR DAN BULU PADA UNGGAS
ESSAY
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Ilmu Produksi Ternak Unggas
Dosen Pengampu : Adelina Ari Hamiyanti, S.Pt., MP




Oleh :

Irma Hanifah               (145050100111047)


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015



Proses Pembentukan Telur pada Unggas

            Proses pembentukan telur pada unggas diawali dengan terbentuknya kuning telur didalam ovarium. Sel telur yang dihasilkan didalam ovarium ini jumlahnya mencapai ribuan dalam berbagai ukuran, diantaranya 4 buah besar dan 1 buah paling besar. Sel telur yang paling besar berwarna keputihan, disebut folikel. Folikel sebagai sel telur yang sudah dewasa tersebut kemudian dilepas secara berurutan. Berikut penjelasan singkatnya :
1.      Infundibulum : Memliki fungsi untuk menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran viteline. Kuning telur berada di bagian ini sekitar 15-30 menit. Dan selama di bagian infundibulum tidak ada penambahan unsur lain.
2.      Magnum : Pada saat kuning telur berada didalam magnum, terjadi penambahan unsur lain, yaitu sintesis dan sekresi putih telur yang terdiri atas 88% air dan 11% protein. Kuning telur berada di magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam.
3.      Istmus : Mensekresikan membran atau selaput telur. Didalam istmus, telur dibungkus 2 selapus tipis. Telur tinggal didalam bagian ini berkisar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam.
4.      Uterus : Pada bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu dehidrasi putih telur atau plumping kemudian terbentuk kerabang (cangkang) telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel phorphorin akan terbentuk dibagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20-21 jam.
5.      Vagina : Bagian ini tidak ada sekresi didalam pembentukan telur. Telur melewati vagina dengan cepat, yaitu sekitar 3 menit, kemudian dikeluarkan (oviposition).
6.      Kloaka : Merupakan bagian paling ujung luar dai induk yang berfungsi sebagai tempat dikeluarkannya telur yang sudah sempurna.
Rongga udara telur terbentuk diluar tubuh ayam, yakni 1-2 jam setelah telur tersebut dikeluarkan, hal ini terjadi karena adanya perubahan temperatur.




Proses Pembentukan Bulu pada Unggas

Sedangkan untuk pembentukan bulu pada ayam, yaitu bulu tumbuh dimulai hari kelima saat embrio di dalam telur. Pertumbuhannya di mulai dengan terbentuknya papila pada permukaan kulit yang akhirnya membentuk selubung bulu atau folikel atau germ dengan cara terdorong ke arah atas atau samping pada lapisan di bawah permukaan kulit, sehingga germ bulu tertanan kuat pada kulit (setadium pin feather). Pada periode berikutnya germ yang masih terbungkus pada selubung folikel akan menembus selaput folikel dan tumbuh hingga menutup seluruh bagian tubuh yang masih berupa bulu-bulu halus, yang pada akhirnya menetas pada kondisi bulu yang sudah lengkap.
























DAFTAR PUSTAKA

Rasyaf, Muhammad. 1991. Pengelolaan Produksi Telur.Yogyakarta : Kanisius.
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta : Kanisius.


Sabtu, 11 April 2015

Teknik/Metode Analisis Serat Kasar



TEKNIK/METODE ANALISIS SERAT KASAR
PAPER
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Peralatan dan Analisis Lab
oleh :
Irma Hanifah               (145050100111047)






FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015



KATA PENGANTAR

 Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Peralatan dan Analisis Lab. Paper ini berjudul Teknik/Metode analisis Serat Kasar ditulis bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai teknik atau metode analisis serat kasar.
Paper ini mengkaji tentang bagaimana teknik atau metode analisis serat kasar. Serat kasar merupakan bagian makanan yang tidak dapat dicerna, namun sebagian dapat dicerna oleh hewan ruminansia. Sehingga serat kasar menjadi sumber pakan utamanya. Kandungan serat kasar pada suatu bahan pakan dapat diketahui melalui metode analisis proksimat. Dan untuk komponen-komponen fraksi serat  dapat digambarkan secara terperinci dengan menggunakan analisa Van Soest.
Kendala yang dialami dalam menulis paper ini adalah sulit menemukan literatur yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan paper ini. Literatur tersebut harus mengandung unsur-unsur yang spesifik, seperti metode yang digunakan analisis serat kasar secara tepat dan benar, dan perhitungan kandungan nutrisi pada serat kasar . Walaupun terdapat kendala, namun saya tetap berusaha untuk memperoleh literatur tersebut baik dari buku-buku di perpustakaan maupun pada jurnal-jurnal yang terkait.
Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala karuniaNya kepada saya, karena atas limpahan kasih dan sayangnya paper ini dapat diselesaikan. Serta saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof.Dr.Ir.Hartutik,MP yang telah memberikan tugas sehingga saya bisa mendapatkan banyak pengetahuan melalui tugas ini.
Semoga paper ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan pembaca. Serta saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan pembuatan paper  ini.

Malang, 18 Maret 2015


  Penulis

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL..............................................................................       i          
KATA PENGANTAR............................................................................       ii
DAFTAR ISI...........................................................................................       iii
DAFTAR TABEL...................................................................................       iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................        v
LATAR BELAKANG ............................................................................      1
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................       2
            1. Analisis Proksimat..................................................................        2
            2. Serat Kasar..............................................................................        4
            3. Analisis Serat..........................................................................        5
MATERI DAN METODE.......................................................................      5
PEMBAHASAN......................................................................................      7
KESIMPULAN........................................................................................      9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................      10
LAMPIRAN............................................................................................       11























LATAR BELAKANG
Tujuan akhir suatu usaha peternakan adalah untuk memperoleh produksi semaksimal mungkin, baik produk itu berupa susu, telur, ataupun daging. Proses pembentukan produk yang diharapkan tersebut tidak dapat lepas dari kemampuan ternak dalam memanfaatkan zat-zat makanan dari pakan yang dikonsumsinya. Dengan maksud untuk memperoleh produksi yang diinginkan ternak memerlukan nutrien. Nutrien di bagi menjadi enam kelompok yaitu air, protein dan asam amino, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
            Karbohidrat makanan terdapat dua bentuk, yaitu serat kasar dan ekstrak tanpa nitrogen. Serat kasar tinggi terkandung dalam pakan hijauan dan limbah hasil pertanian, seperti jerami padi. Serat kasar pada mulanya diduga memberikan gambaran tentang bagian makanan yang tidak dapat dicerna, tetapi sebagian dapat dicerna oleh hewan ruminansia. Hal ini di karenakan komponen terbesar dari serat kasar adalah berupa dinding sel yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Sehingga bahan pakan yang mengandung zat-zat tersebut dimanfaatkan sebagai bahan pokok pakan ruminansia yang paling utama. Karena Sebagian besar pakan ruminansia adalah bahan pakan yang berserat tinggi dengan kecernaan rendah ( Susanti dan Marhaeniyanto, 2007)
            Kandungan nutrien pakan dapat diketahui dengan menganalisis komponen pakan secara kimia. Teknik analisis yang umum untuk mengetahui kadar nutrien dalam pakan adalah Analisis Proksimat. Analisis proksimat merupakan metode analisis untuk mengidentifikasi kandungan nutrien seperti protein, karbohidrat, lemak, dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Dengan analisa proksimat komponen-komponen fraksi serat tidak dapat tergambarkan secara terperinci berdasarkan manfaatnya dan kencernaan pada ternak. Untuk dapat menyempurnakannya, komponen-komponen serat dapat dianalisa secara terperinci dengan menggunakan analisa Van Soest.





TINJAUAN PUSTAKA
1.      Analisis Proksimat
            Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende Experiment Station Jerman oleh Hennerberg dan Stokmann. Oleh karenanya analisis ini sering dikenal dengan analisis WEENDE ( Suparjo, 2010). Analisis proksimat dilakukan menggunakan metode Wendee yang meliputi kadar air (KA), kadar abu (KAb), protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) ( Fachrudin, 2012). Metode ini tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci namuun berupa nilai perkiraan sehingga disebut analisis proksimat. Diagram analisis proksimat disajikan dalam gambar 1.
Gambar 1. Diagram komponen nutrien berdasarkan analisis metode proksimat
           

Metode proksimat menggambarkan bahwa analisis dapat dilakukan terhadap kadar air, abu, lemak atau ether ekstrak, nitrogen total, dan kadar serat. Komponen bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah hasil pengurangan bahan kering dengan komponen, abu, lemak, nitrogen total, dan serat. Komponen lemak, protein, dan serat sering disebut lemak kasar, protein kasar, dan serat kasar. Metode analisis proksimat menghasilkan komponen nutrien yang masih campuran (Hernawati, 2010)
Analisis proksimat menggolongkan komponen yang ada pada bahan berdasarkan komposisi kimia. Komponen dari masing-masing nutrien dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komponen Berbagai Fraksi Hasil Analisis Proksimat
 Fraksi
Komponen
Air
Air dan senyawa organik yang mudah menguap
                    Abu
Unsur mineral
Protein Kasar
Protein, asam amino, NPN
Lemak Kasar
Lemak, minyak, asam organik, lilin, pigmen, vitamin ADEK
Serat Kasar
Hemiselulosa, selulosa, lignin
BETN
Pati, gula, selulosa, hemiselulosa, lignin
(Suparjo, 2010)
          Contoh hasil analisis proksimat dari beberapa bahan pakan ternak disajikan pada dalam Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kimia hasil analisis proksimat beberapa bahan pakan

(Hernawati, 2010)

2.      Serat Kasar
            Serat merupakan senyawa karbohidrat yang tidak dapat dicerna, fungsi utamanya untuk mengatur kerja usus (Sitompul dan martini, 2005). Faktor bahan pakan, khususnya serat selain menentukan kecernaan juga menentukan kecepatan aliran pakan meninggalkan rumen. Bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi sukar dicerna sehingga kecepatan alirannya rendah (Susanti dan Marhaeniyanto, 2007)
            Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi yang terkontrol ( Suparjo, 2010). Serat kasar ditentukan dengan cara mendidihkan sisa makanan dari ekstraksi eter secara bergantian dengan asam dan alkali dengan konsentrasi tertentu; sisa bahan organiknya merupakan serat kasar (Hernawati, 2010).
            Serat ataupun senyawa-senyawa yang termasuk dalam serat mempunyai sifat kimia yang tidak larut dalam air, asam atau basa meskipun dengan pemanasan atau hidrolisis (Sitompul dan Martini, 2005). Serat kasar (SK) / Crude fiber (CF) adalah Bagian karbohidrat yang tidak larut setelah pemasakan berturut-turut ( Tim Laboratorium IPB, 2003)


3.     Analisis Serat (Van Soest Analysis)
          Sehubungan dengan kemampuan ternak ruminansia mencerna serat kasar, maka dari analisis proksimat dikembangkan oleh Van Soest untuk mengetahui komponen apa yang ada pada serat ( Suparjo, 2010). Metode ini digunakan untuk mengestimasi kandungan serat dalam pakan dan fraksi-fraksinya kedalam kelompok-kelompok tertentu didasarkan atas keterikatanya dengan anion atau kation detergen (metode detergen). Metode ini dikembangkan oleh Van Soest (1963), kemudian disempurnakan oleh Van Soest dan Wine (1967) dan oleh Goering dan Van Soest (1970). Tujuan awalnya metode ini adalah untuk menentukan jumlah kandungan serat dalam pakan ruminan tetapi kemudaian dapat digunakan juga untuk menentukan kandungan serat baik untuk nonruminant maupun dalam pangan. (Tim Laboratorium IPB, 2003)

MATERI DAN METODE

Alat-Alat :
      Alat yang digunakan dalam metode ini yaitu : Timbangan analitis, beaker glass khusus untuk serat kasar, alat untuk mendidihkan, cawan filtrasi (crusible) serta alat filtrasinya, eksikator (silica gel biro), oven 140 ºC, dan tanur 550 – 600 ºC
Bahan Kimia :
            - H2SO4 0,3 n                          - NaOH 1,5 n
- HCl 0,3 n                  - EDTA
- Aceton                      - Aquadest panas
- Pasir bersih dan batu didih
Metode :
-Timbang kertas minyak, misal beratnya A gram. Ambil sampel kira-kira 1
gram taruh diatas kertas minyak dan timbang kembali, misal beratnya B
gram. Tuangkan sampel (kertas minyak tidak diikutkan) dalam beaker glas
khusus untuk analisa serat kasar dan tambahkan H2SO4 0,3 n sebanyak 50 ml
dengan menggunakan gelas ukur, didihkan selam 30 menit.
- Selanjutnya dengan cepat ditambahkan 25 ml NaOH 1,5 n dan didihkan lagi

selama 25 menit tepat.
- Dengan cepat pula ditambah 0,5 gram EDTA kemudian didihkan lagi selama
5 menit tepat.
- Matikan tombol pemanas. Ambil beaker glas.
- Saring dengan cawan filtrasi yang sebelumnya sudah diisi dengan pasir.
- Bersihkan beaker glas dengan aquadest panas sesedikit mungkin sampai semua larutan masuk ke cawan filtrasi.
- Lalu tambahkan 50 ml HCl 0,3 n diamkan 1 menit lalu dihisap dengan pom vacuum.
- Ditambah dengan 10 ml aquadest panas (sampai 5 kali).
- Kemudian ditambahkan lagi 40 ml aceton, diamkan 1 menit lalu dihisap sampai kering.
- Selanjutnya dioven pada t = 105 ºC selama 1,5 jam, kemudian masukkan ke dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang dengan teliti (beratnya C gram).
- Setelah itu masukkan ke dalam tanur 550 – 600 ºC selama 2 jam, keluarkan dengan tang penjepit dan masukkan kembali ke dalam eksikator, diamkan selama 1 jam dan timbanglah dengan teliti (beratnya D gram).
Perhitungan :
















PEMBAHASAN

          Karbohidrat makanan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu serat kasar dan ekstraks tanpa nitrogen. Serat kasar dapat ditentukan dengan cara mendidihkan sisa makanan dari ekstraksi eter secara bergantian dengan asam dan alkali dengan konsentrasi tertentu, sisa bahan organiknya merupakan serat kasar. Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa, akan tetapi bukan berarti semua bahan ini harus ada pada makanan (dengan proporsi yang berbeda diantaranya terdapat pada ekstrak tanpa nitrogen) tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman. Serat kasar pada mulanya telah diduga memberikan gambaran tentang bagian makanan yang tidak dapat dicerna, akan tetapi sebagian diantaranya dapat dicerna oleh hewan ruminansia.
Hasil analisis metoda proksimat masih menunjukkan kelemahan. Saluran pencernaan monogastrik tidak mampu mencerna komponen serat bahan. Lain halnya ternak ruminansia yang mempunyai perut fermentasi (retikulo-rumen) mampu mencerna sebagian komponen serat akibat adnya aktifitas mikroba di dalam bagian perut tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut Van Soest mengembangkan metoda analisis lain khususnya untuk pakan sumber serat seperti rumput. Metoda Van Soest mengelompokan komponen isi sel dan dinding sel. Isi sel merupakan komponen sangat mudah dicerna. Komponen dinding sel adalah kelompok yang larut dalam deterjen netral (Netral Ditergent Fiber atau NDF) dan konponen NDF ada yang hanya larut dalam deterjen asam (Acid Detergent Fiber atau ADF). Hubungan antara hasil analisis proksimat dengan metoda Van Soest disajikan dalam Gambar berikut,

Gambar 8. Hubungan antara hasil analisis proksimat dengan metoda Van Soest

Serat detergen netral (neutral-detergen fiber, NDF), yang merupakan sisa setalah ekstraksi dalam keadaan mendidih dengan larutan netral natrium lauril sulfat dan asam etilendiamintetraasetat (EDTA), terutama atas lignin, selulosa, dan hemiselulosa, dan dapat dianggap sebagai komponen dinding sel tumbuhan.
Serat detergen asam (acid detergen fiber, ADF) adalah sisa setelah ekstraksi dengan 0,5 M asam sulfat dan setiltrimetilammonium bromida, dan pada dasarnya merupakan fraksi lignin kasar dan selulosa bahan tumbuhan akan tetapi juga meliputi silika. Penentuan ADF secara khusus sangat berguna untuk hijauan karena terdapat hubungan statistik yang baik antara kandungan ADF dan kecernaan pakan. Di Inggris metode ADF telah dimodifikasi sedikit, lama pendidihan serta kekuatan asam menjadi ditingkatkan. Istilah modified acid-detergen fibre (MADF) digunakan untuk metode penentuan ini (Hernawati, 2010)




KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulakn bahwa serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat dicerna karena  komponen terbesar dari serat kasar adalah berupa dinding sel yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Sehingga bahan pakan yang mengandung zat-zat tersebut dimanfaatkan sebagai bahan pokok pakan ruminansia. Dengan menggunkan analisa Van Soest komponen-komponen fraksi serat dapat digambarkan secara terperinci.





DAFTAR PUSTAKA


 Fachrudin, R., Fathul, F. dan Limau. 2012. Evaluasi kandungan zat-zat makanan
            kiambing (salvina molesta) di Waduk Batu Tegi Kecamatan Air Naningan
            Kabupaten Tanggamus. Jurusan Peternakan, Universitas Lampung

Hernawati. 2010. Teknik Analisis Nutrisi Pakan, Kecernaan Pakan, dan Evaluasi
            Energi pada Ternak. Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA Universitas
            Pendidikan Indonesia

Sitompul, S. dan Martini. 2005. Penetapan Serat Kasar Dalam Pakan Ternak
            Tanpa Ekstraksi Lemak.Prisiding Temu Teknis Nasional Tenaga
            Fungsional Pertanian

Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi : Analisi Proksimat &
            Analisis Serat.Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan
            Universitas Jambi

Susanti, S. dan Marhaeniyanto, E. 2007. Kecernaan, Retensi Nitrogen  dan
            Hubungannya dengan Produksi Susu Pada Sapi Peranakan Friesian
            Holstein (PFH) yang diberi Pakan Pollard  dan Bekatul.Jurnal
            Protein,vol.15(2) : 141-147

Tim Laboratorium. 2003. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak.Bogor : CV
            Nutrisi Sejahtera

                                                                                  






DAFTAR TABEL

 1. Tabel Komponen Berbagai Fraksi Hasil Analisis Proksimat...................     3       
2. Tabel Komposisi kimia hasil analisis proksimat beberapa bahan pakan....  4




DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Diagram komponen nutrien berdasarkan analisis metode
    proksimat....................................................................................    .....       2
2. Gambar Hubungan antara hasil analisis proksimat dengan metoda
  Van Soest..............................................................................            .....       8














LAMPIRAN