TEKNIK/METODE
ANALISIS SERAT KASAR
PAPER
Ditulis
untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Peralatan dan Analisis Lab
oleh
:
Irma
Hanifah (145050100111047)

FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Paper
ini dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Peralatan dan Analisis
Lab. Paper ini berjudul Teknik/Metode
analisis Serat Kasar ditulis bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan
mengenai teknik atau metode analisis serat kasar.
Paper
ini mengkaji tentang bagaimana teknik atau metode analisis serat kasar. Serat
kasar merupakan bagian makanan yang tidak dapat dicerna, namun sebagian dapat
dicerna oleh hewan ruminansia. Sehingga serat kasar menjadi sumber pakan
utamanya. Kandungan serat kasar pada suatu bahan pakan dapat diketahui melalui
metode analisis proksimat. Dan untuk komponen-komponen fraksi serat dapat digambarkan secara terperinci dengan
menggunakan analisa Van Soest.
Kendala
yang dialami dalam menulis paper ini adalah sulit menemukan literatur yang
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan paper ini. Literatur tersebut harus
mengandung unsur-unsur yang spesifik, seperti metode yang digunakan analisis serat
kasar secara tepat dan benar, dan perhitungan kandungan nutrisi pada serat
kasar . Walaupun terdapat kendala, namun saya tetap berusaha untuk memperoleh
literatur tersebut baik dari buku-buku di perpustakaan maupun pada
jurnal-jurnal yang terkait.
Ucapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala karuniaNya
kepada saya, karena atas limpahan kasih dan sayangnya paper ini dapat
diselesaikan. Serta saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof.Dr.Ir.Hartutik,MP
yang telah memberikan tugas sehingga saya bisa mendapatkan banyak pengetahuan
melalui tugas ini.
Semoga
paper ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan pembaca. Serta saran dari
pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan pembuatan paper ini.
Malang,
18 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..............................................................................
i
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR
ISI........................................................................................... iii
DAFTAR
TABEL................................................................................... iv
DAFTAR
GAMBAR............................................................................. v
LATAR BELAKANG
............................................................................ 1
TINJAUAN
PUSTAKA......................................................................... 2
1. Analisis Proksimat.................................................................. 2
2. Serat Kasar.............................................................................. 4
3. Analisis Serat.......................................................................... 5
1. Analisis Proksimat.................................................................. 2
2. Serat Kasar.............................................................................. 4
3. Analisis Serat.......................................................................... 5
MATERI DAN
METODE....................................................................... 5
PEMBAHASAN...................................................................................... 7
KESIMPULAN........................................................................................ 9
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................. 10
LAMPIRAN............................................................................................ 11
LATAR
BELAKANG
Tujuan
akhir suatu usaha peternakan adalah untuk memperoleh produksi semaksimal
mungkin, baik produk itu berupa susu, telur, ataupun daging. Proses pembentukan
produk yang diharapkan tersebut tidak dapat lepas dari kemampuan ternak dalam
memanfaatkan zat-zat makanan dari pakan yang dikonsumsinya. Dengan maksud untuk
memperoleh produksi yang diinginkan ternak memerlukan nutrien. Nutrien di bagi
menjadi enam kelompok yaitu air, protein dan asam amino, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral.
Karbohidrat makanan terdapat dua
bentuk, yaitu serat kasar dan ekstrak tanpa nitrogen. Serat kasar tinggi
terkandung dalam pakan hijauan dan limbah hasil pertanian, seperti jerami padi.
Serat kasar pada mulanya diduga memberikan gambaran tentang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna, tetapi sebagian dapat dicerna oleh hewan ruminansia. Hal
ini di karenakan komponen terbesar dari serat kasar adalah berupa dinding sel
yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Sehingga bahan pakan yang
mengandung zat-zat tersebut dimanfaatkan sebagai bahan pokok pakan ruminansia
yang paling utama. Karena Sebagian besar pakan ruminansia
adalah bahan pakan yang berserat tinggi dengan kecernaan rendah ( Susanti dan
Marhaeniyanto, 2007)
Kandungan nutrien pakan dapat
diketahui dengan menganalisis komponen pakan secara kimia. Teknik analisis yang
umum untuk mengetahui kadar nutrien dalam pakan adalah Analisis Proksimat. Analisis
proksimat merupakan metode analisis untuk mengidentifikasi kandungan nutrien
seperti protein, karbohidrat, lemak, dan serat pada suatu zat makanan dari
bahan pakan atau pangan. Dengan analisa proksimat komponen-komponen fraksi
serat tidak dapat tergambarkan secara terperinci berdasarkan manfaatnya dan
kencernaan pada ternak. Untuk dapat menyempurnakannya, komponen-komponen serat
dapat dianalisa secara terperinci dengan menggunakan analisa Van Soest.
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Analisis Proksimat
Analisis
proksimat pertama kali dikembangkan di Weende Experiment Station Jerman oleh
Hennerberg dan Stokmann. Oleh karenanya analisis ini sering dikenal dengan
analisis WEENDE ( Suparjo, 2010). Analisis proksimat dilakukan menggunakan
metode Wendee yang meliputi kadar air (KA), kadar abu (KAb), protein kasar
(PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) ( Fachrudin, 2012). Metode ini tidak menguraikan kandungan nutrien
secara rinci namuun berupa nilai perkiraan sehingga disebut analisis proksimat.
Diagram analisis proksimat disajikan dalam gambar 1.

Gambar 1. Diagram komponen nutrien berdasarkan
analisis metode proksimat
Metode proksimat menggambarkan bahwa
analisis dapat dilakukan terhadap kadar air, abu, lemak atau ether ekstrak,
nitrogen total, dan kadar serat. Komponen bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah
hasil pengurangan bahan kering dengan komponen, abu, lemak, nitrogen total, dan serat. Komponen
lemak, protein, dan serat sering disebut lemak kasar, protein kasar, dan serat
kasar. Metode analisis proksimat menghasilkan komponen nutrien yang masih
campuran (Hernawati, 2010)
Analisis
proksimat menggolongkan komponen yang ada pada bahan berdasarkan komposisi
kimia. Komponen dari masing-masing nutrien dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komponen Berbagai Fraksi Hasil Analisis
Proksimat
|
Fraksi
|
Komponen
|
|
Air
|
Air dan
senyawa organik yang mudah menguap
|
|
Abu
|
Unsur
mineral
|
|
Protein
Kasar
|
Protein,
asam amino, NPN
|
|
Lemak
Kasar
|
Lemak,
minyak, asam organik, lilin, pigmen, vitamin ADEK
|
|
Serat
Kasar
|
Hemiselulosa,
selulosa, lignin
|
|
BETN
|
Pati,
gula, selulosa, hemiselulosa, lignin
|
(Suparjo,
2010)
Contoh hasil
analisis proksimat dari beberapa bahan pakan ternak disajikan pada dalam Tabel
2.
Tabel 2. Komposisi
kimia hasil analisis proksimat beberapa bahan pakan

(Hernawati,
2010)
2. Serat Kasar
Serat
merupakan senyawa karbohidrat yang tidak dapat dicerna, fungsi utamanya untuk
mengatur kerja usus (Sitompul dan martini, 2005). Faktor bahan pakan,
khususnya serat selain menentukan kecernaan juga menentukan kecepatan
aliran pakan meninggalkan rumen. Bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi
sukar dicerna sehingga kecepatan alirannya rendah (Susanti dan Marhaeniyanto, 2007)
Serat
kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang
tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium
hidroksida pada kondisi yang terkontrol ( Suparjo, 2010). Serat
kasar ditentukan dengan cara mendidihkan sisa makanan dari ekstraksi eter
secara bergantian dengan asam dan alkali dengan konsentrasi tertentu; sisa
bahan organiknya merupakan serat kasar (Hernawati, 2010).
Serat
ataupun senyawa-senyawa yang termasuk dalam serat mempunyai sifat kimia yang
tidak larut dalam air, asam atau basa meskipun dengan pemanasan atau hidrolisis
(Sitompul dan Martini, 2005). Serat kasar (SK) / Crude fiber
(CF) adalah Bagian karbohidrat yang tidak larut
setelah pemasakan berturut-turut (
Tim Laboratorium IPB, 2003)
3. Analisis Serat (Van Soest Analysis)
Sehubungan
dengan kemampuan ternak ruminansia mencerna serat kasar, maka dari analisis
proksimat dikembangkan oleh Van Soest untuk mengetahui komponen apa yang ada
pada serat ( Suparjo, 2010). Metode ini
digunakan untuk mengestimasi kandungan serat dalam pakan dan fraksi-fraksinya
kedalam kelompok-kelompok tertentu didasarkan atas keterikatanya
dengan anion atau kation detergen (metode detergen). Metode ini dikembangkan
oleh Van Soest (1963), kemudian disempurnakan oleh Van Soest dan Wine (1967)
dan oleh Goering dan Van Soest (1970). Tujuan awalnya metode ini
adalah untuk menentukan jumlah kandungan serat dalam pakan ruminan tetapi
kemudaian dapat digunakan juga untuk menentukan kandungan serat baik untuk
nonruminant maupun dalam pangan. (Tim Laboratorium IPB, 2003)
MATERI
DAN METODE
Alat-Alat :
Alat yang digunakan dalam metode ini
yaitu : Timbangan analitis, beaker glass khusus untuk serat kasar, alat untuk
mendidihkan, cawan filtrasi (crusible) serta alat filtrasinya, eksikator
(silica gel biro), oven 140 ºC, dan tanur 550 – 600 ºC
Bahan Kimia :
- H2SO4
0,3
n -
NaOH 1,5 n
- HCl 0,3 n - EDTA
- Aceton - Aquadest panas
- Pasir bersih dan batu didih
Metode :
-Timbang kertas minyak, misal beratnya A
gram. Ambil sampel kira-kira 1
gram taruh diatas kertas minyak dan
timbang kembali, misal beratnya B
gram. Tuangkan sampel (kertas minyak
tidak diikutkan) dalam beaker glas
khusus untuk analisa serat kasar dan
tambahkan H2SO4 0,3
n sebanyak 50 ml
dengan menggunakan gelas ukur, didihkan
selam 30 menit.
- Selanjutnya dengan cepat ditambahkan
25 ml NaOH 1,5 n dan didihkan lagi
selama 25 menit tepat.
- Dengan cepat pula ditambah 0,5 gram
EDTA kemudian didihkan lagi selama
5 menit tepat.
- Matikan tombol pemanas. Ambil beaker
glas.
- Saring dengan cawan filtrasi yang
sebelumnya sudah diisi dengan pasir.
- Bersihkan beaker glas dengan aquadest
panas sesedikit mungkin sampai semua larutan masuk ke cawan filtrasi.
- Lalu tambahkan 50 ml HCl 0,3 n diamkan
1 menit lalu dihisap dengan pom vacuum.
- Ditambah dengan 10 ml aquadest panas
(sampai 5 kali).
- Kemudian ditambahkan lagi 40 ml
aceton, diamkan 1 menit lalu dihisap sampai kering.
- Selanjutnya dioven pada t = 105 ºC
selama 1,5 jam, kemudian masukkan ke dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang
dengan teliti (beratnya C gram).
- Setelah itu masukkan ke dalam tanur
550 – 600 ºC selama 2 jam, keluarkan dengan tang penjepit dan masukkan kembali
ke dalam eksikator, diamkan selama 1 jam dan timbanglah dengan teliti (beratnya
D gram).
Perhitungan :

PEMBAHASAN
Karbohidrat makanan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
serat kasar dan ekstraks tanpa nitrogen. Serat kasar dapat ditentukan dengan
cara mendidihkan sisa makanan dari ekstraksi eter secara bergantian dengan asam
dan alkali dengan konsentrasi tertentu, sisa bahan organiknya merupakan serat
kasar. Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa, akan
tetapi bukan berarti semua bahan ini harus ada pada makanan (dengan proporsi
yang berbeda diantaranya terdapat pada ekstrak tanpa nitrogen) tergantung pada
species dan fase pertumbuhan bahan tanaman. Serat kasar pada mulanya telah
diduga memberikan gambaran tentang bagian makanan yang tidak dapat dicerna,
akan tetapi sebagian diantaranya dapat dicerna oleh hewan ruminansia.
Hasil
analisis metoda proksimat masih menunjukkan kelemahan. Saluran pencernaan
monogastrik tidak mampu mencerna komponen serat bahan. Lain halnya ternak
ruminansia yang mempunyai perut fermentasi (retikulo-rumen) mampu mencerna
sebagian komponen serat akibat adnya aktifitas mikroba di dalam bagian perut
tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut Van Soest mengembangkan metoda
analisis lain khususnya untuk pakan sumber serat seperti rumput. Metoda Van
Soest mengelompokan komponen isi sel dan dinding sel. Isi sel merupakan
komponen sangat mudah dicerna. Komponen dinding sel adalah kelompok yang larut
dalam deterjen netral (Netral Ditergent Fiber atau NDF) dan konponen NDF
ada yang hanya larut dalam deterjen asam (Acid Detergent Fiber atau
ADF). Hubungan antara hasil analisis proksimat dengan metoda Van Soest
disajikan dalam Gambar berikut,

Gambar 8.
Hubungan antara hasil analisis proksimat dengan metoda Van Soest
Serat
detergen netral (neutral-detergen fiber, NDF), yang merupakan sisa
setalah ekstraksi dalam keadaan mendidih dengan larutan netral natrium lauril
sulfat dan asam etilendiamintetraasetat (EDTA), terutama atas lignin, selulosa,
dan hemiselulosa, dan dapat dianggap sebagai komponen dinding sel tumbuhan.
Serat
detergen asam (acid detergen fiber, ADF) adalah sisa setelah ekstraksi
dengan 0,5 M asam sulfat dan setiltrimetilammonium bromida, dan pada dasarnya
merupakan fraksi lignin kasar dan selulosa bahan tumbuhan akan tetapi juga
meliputi silika. Penentuan ADF secara khusus sangat berguna untuk hijauan
karena terdapat hubungan statistik yang baik antara kandungan ADF dan kecernaan
pakan. Di Inggris metode ADF telah dimodifikasi sedikit, lama pendidihan serta
kekuatan asam menjadi ditingkatkan. Istilah modified acid-detergen fibre (MADF)
digunakan untuk metode penentuan ini (Hernawati, 2010)
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulakn
bahwa serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat dicerna
karena komponen terbesar dari serat
kasar adalah berupa dinding sel yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Sehingga bahan pakan yang mengandung zat-zat tersebut dimanfaatkan
sebagai bahan pokok pakan ruminansia. Dengan menggunkan analisa Van Soest
komponen-komponen fraksi serat dapat digambarkan secara terperinci.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrudin, R., Fathul, F. dan Limau. 2012.
Evaluasi kandungan zat-zat makanan
kiambing (salvina molesta) di Waduk Batu Tegi Kecamatan Air Naningan
Kabupaten Tanggamus. Jurusan Peternakan, Universitas Lampung
kiambing (salvina molesta) di Waduk Batu Tegi Kecamatan Air Naningan
Kabupaten Tanggamus. Jurusan Peternakan, Universitas Lampung
Hernawati. 2010. Teknik
Analisis Nutrisi Pakan, Kecernaan Pakan, dan Evaluasi
Energi pada Ternak. Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia
Energi pada Ternak. Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia
Sitompul, S. dan Martini. 2005.
Penetapan Serat Kasar Dalam Pakan Ternak
Tanpa Ekstraksi Lemak.Prisiding Temu Teknis Nasional Tenaga
Fungsional Pertanian
Tanpa Ekstraksi Lemak.Prisiding Temu Teknis Nasional Tenaga
Fungsional Pertanian
Suparjo. 2010. Analisis
Bahan Pakan Secara Kimiawi : Analisi Proksimat &
Analisis Serat.Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Analisis Serat.Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Susanti, S. dan
Marhaeniyanto, E. 2007. Kecernaan, Retensi Nitrogen dan
Hubungannya dengan Produksi Susu Pada Sapi Peranakan Friesian
Holstein (PFH) yang diberi Pakan Pollard dan Bekatul.Jurnal
Protein,vol.15(2) : 141-147
Hubungannya dengan Produksi Susu Pada Sapi Peranakan Friesian
Holstein (PFH) yang diberi Pakan Pollard dan Bekatul.Jurnal
Protein,vol.15(2) : 141-147
Tim Laboratorium. 2003. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak.Bogor :
CV
Nutrisi Sejahtera
Nutrisi Sejahtera
DAFTAR TABEL
1. Tabel Komponen Berbagai Fraksi Hasil
Analisis Proksimat................... 3
2. Tabel Komposisi
kimia hasil analisis proksimat beberapa bahan pakan.... 4
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Diagram komponen nutrien berdasarkan
analisis metode
proksimat.................................................................................... ..... 2
2. Gambar Hubungan
antara hasil analisis proksimat dengan metoda
Van Soest.............................................................................. ..... 8
